Akhir-akhir ini aku merasakan apa yang aku alami dulu berulang lagi, bahkan dapat dikatakan lebih menantang daripada yang aku lalui dulu. Sekitar 2 tahun yang lalu (kalau tidak salah) aku merupakan bagian dari perubahan suatu sistem, lebih tepatnya perubahan sistem akuntasi dari cash basis ke accrual basis, yang berakibat pula pada migrasi aplikasi komputer yang digunakan.

Dari sisi teori sistem akuntasi, jelas ada perubahan mendasar dari cara pandang terhadap suatu transaksi dan cara pencatatannya, alhamdulillah waktu itu aku dapat dengan cepat memahami perubahan tersebut. Dari sisi aplikasi (software yang  digunakan) saat itu juga mengalami revolusi, dari yang dulunya berbasis program DOS menjadi program berbasis Windows, apalagi program penggantinya merupakan program hebat, yaitu SAP (System Application and Product), saat itu mungkin aku bangga dapat belajar software tersebut, karena setelah aku baca banyak perusahaan di luar sana yang menghargai kemampuan dibidang SAP tersebut.

Saat itu, salah satu pengajar (bu Isti) mengatakan bahwa dia tidak bisa tidur dengan tenang saat migrasi sistem tersebut, banyak hal yang mengganggu pikiran beliau – maklum beliau salah satu orang yang ikut mempelopori migrasi tersebut. Saat ini, mungkin apa yang dirasakan bu Isti juga aku rasakan, sebentar-bentar aku berfikir tentang nasib perubahan sistem yang sedang aku gulirkan, apakah akan berhasil dengan baik, setengah-setengah, atau bahkan gatot (gagal total)?.

Sekarang, sehabis mengajar atau bahkan di jalan aku kadang berfikir langkah apa dan strategi apa yang harus aku lakukan untuk bisa mensukseskan perubahan sistem yang sedang aku lakukan bersama dengan tim. Mengingat banyak hal yang berbeda dari apa yang aku alami dulu.

Tapi berkaca dari salah satu contoh migrasi sistem yang pernah dilakukan di perusahaan susu terkenal di Jogja, yang saat itu harus memulai perubahan sistem dari mengajari bagaimana menggunakan mouse dan pengalamanku menjadi bagian dari perubahan sustu sistem, aku mencoba untuk optimis – untuk perubahan yang lebih baik – aku pasti bisa. -:)